Naskah Drama Balada Sumarah

Assalamu Alaikum...
Naskah Drama Balada Sumarah

::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Naskah Drama Balada Sumarah....Kalai ini admin akan posting tentang Naskah Drama Balada Sumarah, d mana Naskah Drama Balada Sumarah ini sangat pantas di tampilkan di depan khalayak, karena Naskah Drama Balada Sumarah ini mudah untuk di perankan dan mudah di pahami alurnya.Naskah Drama Balada Sumarah banyak makna yang kita dapat di dalamnya dan Naskah Drama Balada Sumarah ini mempunyai banyak sumber inspirasi di dalamnya. Semoga Naskah Drama Balada Sumarah di simak dengan baik oleh pembaca dan Naskah Drama Balada Sumarah bermanfaat bagi si pembaca. silahkan jika si pembaca ingin membaca sedikit mengenai Naskah Drama Balada Sumarah di bawah ini.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
SIANG ITU MATAHARI MEMBARA DI ATAS KEPALA. DI SEBUAH SIDING PENGADILAN TERHADAP SEORANG PEREMPUAN YANG TERTUDUH TELAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN TERHADAP MAJIKANNYA, AKU SEPERTI DIDERA UCAPANNYA. SEPERTI DILUCUTI HINGGA TANGGAL SELURUH ATRIBUT PAKAIAN BAHKAN KULIT-KULITKU. PEREMPUAN ITU, BERNAMA SUMARAH, TKW ASAL INDONESIA. DINGIN DAN BEKU WAJAHNYA. DAN MELUNCURLAH BAIT-BAIT KATA ITU :


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Dewan Hakim yang terhormat, sebelumnya perkenankan saya meralat ucapan jaksa, ini bukan pembelaan. Saya tidak merasa akan melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri, karena ini bukan pembenaran. Apapun yang akan saya katakana adalah hitam putih diri saya, merah biru abu-abu saya, belang loreng, gelap cahaya diri saya. Nama saya Sumarah. Seorang perempuan, seorang TKW, seorang pembunuh, dan seorang pesakitan. Benar atau salah yang saya katakana menurut apa dan siapa, saya tidak peduli. ini kali terakhir, saya biarkan mulut saya bicara. Untuk itu, Dewan Hakim yang terhormat biarkan saya bicara, jangan ditanya dan jangan dipotong, kala waktunya berhenti, saya akan diam, selamanya.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Saya tidak butuh pembela, saya tidak butuh penasihat hokum. Karena saya tidak mampu membayarnya. Saya juga tidak mampu dan tidak mau memberikan selipan uang pada siapapun untuk melicinkan pembebasan dari segala tuduhan. Toh semua sudah jelas! Semua tuduhan terhadap saya, benar adanya. Segala ancaman hokum, vonis mati, saya terima tanpa pembelaan, banding atau apalah namanya.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Kematian adalah kelahiran yang kedua. Untuk apa berkelit kalau memang itu sudah winarah dalam hidup saya.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Sudahlah…. saya tidak perlu empati dan rasa kasihan. Dari pengalaman hidup saya mengajarkan sangat…. sangat jarang dan hampir tak ada sesuatu yang tanpa imbalan dan resiko. Juga rasa empati.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Yang jelas. sekarang biarkan dulu saya bicara tentang apa saja. Penting atau tidak penting bagi dewan hakim, atau bagi siapapun, saya tidak peduli. Apapun yang ingin saya lakukan biarkan seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir. Mengalir ke mana pun curah yang mungkin terambah. Mungkin mengendap di sela-sela jepitan hidup orang mungkin menabrak cadas batu dalam kepala orang, meniumbul riak, mungkin meluncur begitu saja bersama Lumpur kehidupan, tahi, dan rentanya helai-helai kemanusiaan, atau bahkan meluap-luap, menggenangi seluruh muka busuk para majikan, para penguasa hingga coro-coro kota.



Ee….. maaf kalau bahasa saya terlalu bertele-tele. Baik saya mulai saja.

::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah

Nama saya Sumarah. Umur kurang lebih 36 tahun. Saya seorang TKW. Babu! Eeeh…. jangan meneriaki huu… dulu. Ya memang saya babu. Tapi justru itu saya hebat. Saya hebat karena berani mengambil keputusan untuk menjadi babu. Saya berani memilih keputusan untuk berada pada tempat terbawah dari structural manusia. Belum tentu semua orang berani menjadi manusia di bawah manusia. Ya… inilah saya, Sumarah, menjadu babu, buruh, budak sudah menjadi pilihan. Bertahun-tahun, saya menjilati kaki orang, merangkak dan hidup di bawah kaki orang. Bertahun-tahun saya tahan mulut saya, saya lipat lidah saya, agar tidak bicara.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Karena bicara,berarti bencana. Bencana bagi perut saya, perut simbok, dan bencana pula bagi para majikan. Tolong…. kali ini ijinkan saya mendongak dan membuka suara.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Dari kecil saya tidak berani mendongakkan wajah apalagi di Karangsari, desa tempat saya dilahirkan.



::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Orang-orang Karangsari selalu membuat saya gugup dengan bisik-bisik mereka, tatapan curiga mereka. Kegugupan itu bermula, di suatu ketika di kelas, di bangku madrasah. Pak Kasirin guru madrasah saya menerangkan :



::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Pembunuhan para jenderal itu dilakukan oleh sekelompok orang yang sangat keji yang tergabung dalam organisasi PKI. PKI itu benar-benar biadab. Untuk itu dihapus dan dilarang berkembang lagi. Seluruh antek PKI dihukum”.



::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Saya mendengarnya dengan takdim sambil membayangkan betapa jahatnya orang-orang yang membunuh para jenderal itu. Tiba-tiba saya mendengar suara dari arah belakang bangku saya. Setengah berbisik, tapi jelas kudengar.



::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Eh, bapaknya Sumarah itu kan PKI.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Apa iya?”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Lha sekarang di mana?”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Ya sudah diciduk!”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Lalu saya menoleh ke arah mereka, dan terdengar suara :


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Ssst….. itu anak orang cidukannya menoleh ke sini.”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Plass! Seperti terkena siraman air panas hatiku meradang, sakit, nyeri sekali. Malamnya saya bertanya kepada simbok.


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Mbok, bapak itu apa benar orang PKI mbok?”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Simbok yang hendak pergi ke tempat Den Sastro tetangga saya, untuk mengerik istrinya, jadi urung memasukkan dhuit benggol ke stagennya. Masih memegang uang benggol itu, simbok memandang saya, mukanya mendadak pucat dan bibirnya bergetar.
“Siapa yang mengatakannya padamu?”

“Tadi… di kelas teman-temanku bilang.”

Simbok duduk di amben.

“Kamu percaya?”


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
Saya tidak tahu harus mengangguk atau menggeleng. Tiba-tiba pintu rumah diketuk. Ternyata orang suruhan Den Sastro untuk menjemput simbok. Simbok pun pergi tanpa sempat menjelaskan pertanyaan saya. Pertanyaan itu baru terjawab pada malam berikutnya. Dan bukan dari simbok, tapi simbah yang menceritakannya. Saya ingat waktu itu seperti biasa saya hendak tidur di samping simbah. Simbok malam itu seperti biasa jadi tukang kerik.


“Mbah, apa iya bapak itu PKI to mbah?”

Sambil men-dhidhis rambutku, meluncurlah cerita simbah begini :


::ALLO_IT:: Naskah Drama Balada Sumarah
“Bapakmu itu orang lugu, ndhuk. Sehari-hari pekerjaannya menderes kelapa dan ngusir andhong. Kalau pagi, setelah menderes, kerjaannya narik andhong, mangkal di Pasar Slerem. Dan sorenya nderes lagi.”

“Tukang nderes itu kan tidak cuma bapak to mbah! Lek Jo, Pak Dhe Sudi, Lek Paidi, mbah Suro juga nderes mbah, tapi…..”

“Ya! Bukan karena nderesnya, ndhuk. Tapi bencana itu bermula karena bapakmu kusir andhong!”



Jika Anda inging Mendownload Naskah Drama Balada Sumarah Klik Link Di Bawah Ini

0 Response to "Naskah Drama Balada Sumarah"