NASKAH DRAMA CINDUA MATO II

PUTARAN KEDUA
Sebagaimana pada putaran I, putaran kedua ini dan putaran-putaran selanjutnya berbentuk sama; Randai atau Indang. Namun berbagai variasi dapat dikembangkan dari kedua bentuk kesenian tersebut. Pantun dan syair-syair mereka mengisahkan tentang :
Istana Pagaruyung mendengar berita perkawinan Puti Bungsu dengan Imbang Jaya. Basa Ampek Balai juga sudah bersidang, namun belum memutuskan apakah akan melakukan perang atau tidak.
Sementara itu Dang Tuanku dan Cindua Mato juga terus mencari jalan, bagaimana untuk merebut kembali Puti Bungsu.
Setelah semua pemain kembali ke tempatnya, Cindua Mato dan Dang Tuanku berdiri dan saling bertatapan.
CINDUA MATO : kakakku Dang Tuanku. Apakah kau betul-betul mencintai Puti Bungsu? Ataukah hanya karena terikat janji Bundo Kanduang dan Rajo Mudo?
DANG TUANKU : begini adikku. Bagiku Puti Bungsu adalah satu-satunya tempat bagiku memberikan kasih sayang. Dialah yang benar-benar dapat kuanggap sebagai wanita. Walaupun dia datang hanya sekali semusim, itu sudah cukup bagiku mencurahkan kasih sayang tanpa dibumbui nafsu-nafsu yang rendah. Banyak sudah wanita yang datang ke kamar, tapi itu hanya sekedar keinginan mereka untuk tidur dengan seorang putra mahkota. Kuladeni semua, sampai aku tercekik, mual dan memuakkan.
CINDUA MATO : Katakanlah kau mencintai Puti Bungsu. Tapi apakah cinta itu terjadi timbale balik? Bukankah Puti Bungsu hanya terikat janji pada orang tuanya dan kepatuhannya sebagai wanita. Siapakah yang tahu tentang hatinya. Perlu kau tahu, kedatangannya sekali semusim ke sini belum tentu karena ingin menemui kekasihnya.
DANG TUANKU : Mengapa kau sampai berkata begitu?
CINDUA MATO : Wanita adalah sebuah buku yang tebal untuk kita. Membuka halaman petama belum tentu kita dapat mengikuti halaman berikutnya.
DANG TUANKU : Tidak. Semuanya tergantung kita.
CINDUA MATO : Hanya wanita-wanita tak berdaya yang menggantungkan semuanya pada laki-laki.
DANG TUANKU : Bila Puti Bungsu tidak menerima diriku hadir dalam hatinya, siapa lagi yang akan menerima hatiku dalam dirinya?
CINDUA MATO : Kau selalu merasa kesepian tapi kukira karena kita tidak merasakan kasih sayang seorang ayah. Pernah kutanya Bundo Kanduang, jawabnya hanya air mata. Sebelumnya kutanya juga ibuku tapi dia hanya membisu. Itulah sebabnya kau dididik secara keras, agar secepatnya dapat menjadi raja. Sedangkan aku harus siap mendampingimu menjaga keutuhan kerajaan dan rahasia-rahasianya. Dalam dunia yang begitu ketat dan kaburnya, kau ingin lupakan dengan berusaha mencintai Puti Bungsu. Tapi sungguh tidak wajar kalau kau gunakan segalanya untuk seorang perempuan. Kau hancurkan kerajaan, dirimu sendiri, hubungan kita berdua, hanya karena Puti Bungsu.
DANG TUANKU : Bila kita mencintai seseorang tak ada lagi yang tersisa buat kita. Semuanya habis dan lebur diuntukkan baginya.
CINDUA MATO : Keberanianmu berkorban kukagumi. Tapi kenapa kau tak berani mengorbankan diri untuk rakyatmu?
DANG TUANKU : Ambillah semua. Mahkota, kerajaan ini, rakyatnya, asal Puti Bungsu dapat diserahkan padaku. Aku hanya ingin dia, tak lebih.
CINDUA MATO : Begitu yakinnya kau Puti Bungsu juga mencintaimu. Padahal dia akan dikawinkan dengan Imbang Jaya. Dia tidak mau lari, apakah itu bukti dari cintanya?
DANG TUANKU : Dia dikawal ketat karena seorang putri, calon istriku. Bagaimana mungkin bisa melarikan diri.
CINDUA MATO : Omong kosong. Dia pun bisa bunuh diri kalau memang tidak mau dikawini Imbang Jaya. Aku yakin, kalian berdua tidak saling mencintai, tapi hanya mempertimbangkan kehormatan raja-raja. Agar keturunan kalian nanti bisa mewarisi kerajaan ini lebih kukuh lagi.
DANG TUANKU : Aku percaya pada percintaan.
CINDUA MATO : Tapi kau tidak percaya pada diri sendiri. Kau gunakan segala apa yang ada, yang berada di luar dirimu sendiri.
DANG TUANKU : Kalau tidak kugunakan, bagaimana aku bisa mendapatkannya.
CINDUA MATO : Kalau kau mau ada cara lain.
DANG TUANKU : Apa?
CINDUA MATO : Kubantu sebagai sesama laki-laki.
DANG TUANKU : Apa yang akan kau lakukan.
CINDUA MATO : Aku akan pergi sendiri menjemput Puti Bungsu. Selain kau, tidak boleh ada yang tahu. Dapatkah kita berdua berjanji untuk itu?
DANG TUANKU : Aku bersumpah. Tapi bagaimana kau bisa lolos dari penyamun di Bukit Tambun Tulang?
CINDUA MATO : Bagi mereka yang sudah ajalnya, memang mati di situ. Kalau aku pergi dengan sebuah kepercayaan dan dorongan yang kuat dalam diriku, siapa yang sanggup menghalangi?
DANG TUANKU : Dorongan apakah itu? Karena menolong seorang sahabat, atau karena….
CINDUA MATO : Jangan tanyakan. Itu bagian dari rahasiaku sendiri.
DANG TUANKU : Katakanlah. Rahasiamu adalah rahasiaku.
CINDUA MATO : Untuk hal yang satu ini, kita tak berbagi. Itu sebabnya aku mau membantu sebagai sesama laki-laki.
DANG TUANKU : Sama-sama laki-laki?
CINDUA MATO : (berbicara dengan nada suara dan kecepatan yang lain dari biasanya)
Aku mengerti bagaimana hati lelaki.
Hati lelaki yang dikurung ketakutan masa lalu.
Semua orang pun tahu.
Bagaimana Puti Bungsu berjalan di taman-taman
Seperti kenari dimabuk rindu.
Seperti tak seorang pun tahu
Seorang lelaki berdestar merah muda
Selalu mengikuti diam-diam
Kemudian keduanya berjumpa dalam gelap
Menyatakan cinta, hidup dan masa depan
Dan siapa yang tahu
Tak satu pun wanita yang mau berkorban
Hanya untuk satu laki-laki
Dia juga manusia seperti kita
Punya kesangsian dan suka pada petualangan.
Hanya dia yang tahu
Bagaimana erang nafsu
Lelaki berdestar mencium tubuhnya
Dalam malam-malam dingin dan larut
Dirangkulnya dalam helaan nafas
Dan puncaknya kewanitaannya.
Hanya dialah yang tahu.. BUNDO KANDUANG : Enaknya kalian di sini! Tidak tahu malu! Arang telah dicorengkan di dahiku, tapi kau masih bernyanyi-nyanyi. Rajo Mudo akan mengawinkan anaknya dengan seorang lelaki yang tak jelas darimana asal-usulnya.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang. Semua orang tahu akan hal itu. tapi mengapa Bundo Kanduang terlalu cepat naik pitam. Bukankah yang salah sebenarnya Bundo Kanduang sendiri. Bundo Kanduang tidak memberi kabar, kapan akan dilaksanakan perkawinan Dang Tuanku dan Puti Bungsu. Setiap orang tentu saja takut kalau-kalau puterinya menjadi perawan tua. Tidak terkecuali Rajo Mudo.
BUNDO KANDUANG : Hmm! Sejak kapan Rajo Mudo belajar memungkiri janji denganku. Cinduo Mato. Kutugaskan kau pergi kesana mengacaukan perkawinan itu. bawa si Binuang sebagai hadiah dariku. Lahirnya kau utusan dari Pagaruyung, batinnya membawa Puti Bungsu ke sini.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang tentu mengetahui kekuatan Imbang Jaya beserta ayahnya Tiang Bungkuk. Raja yang belum ada tandingannya sampai saat ini.
BUNDO KANDUANG : Itulah sebabnya kau yang ditugaskan. Yang lain tidak akan sanggup melakukannya.
CINDUO MATO : Rajo Mudo adik Bundo Kanduang sendiri. Kalau terjadi pertengkaran lalu menimbulkan peperangan, siapa yang akan menjadi malu? Dan tentu perang saudara itu tidak akan pernah selesai turun temurun. Dan bagaimana nanti nasib rakyat yang selalu dilanda peperangan.
BUNDO KANDUANG : Aku sudah berada di balik itu semua. Jika kau takut katakan saja terus terang. Cindua Mato. Perang bukan suatu barang baru bagi kerajaan.
CINDUO MATO : Mengapa Bundo kanduang sampai hati ingin mengacaukan perkawinan Puti Bungsu. Bukankah yang kawin itu anak Bundo Kanduang juga.
BUNDO KANDUANG : Aku tahu. Tapi aku tidak suka bermenantu orang yang tidak jelas asal usulnya. Yang lebih menyakitkan lagi bagiku, adalah Rajo Mudo itu sendiri! Masihkah dia tak dapat melupakan dendamnya padaku di masa lalu.
CINDUO MATO : Jika perang dilaksanakan dan salah seorang mati terbunuh, apakah masing-masing tega melihat darah saudaranya terucur di tanah ini?
BUNDO KANDUANG : Kupejamkan mataku daripada menanggung malu!
CINDUO MATO : Dan bagaimana kata ayahnya nanti bila kedua anaknya saling berbunuhan? Bundo Kanduang. Aku ingin membuka sedikit selubung hati kita yang tertutup selama ini.
BUNDO KANDUANG : Jadi kau menyetujui perkawinan itu?
CINDUO MATO : Alasan perkawinan bisa macam-macam Bundo Kanduang. Mungkin sekali Imbang Jaya hanya dijadikan sebagai penutup malu.
BUNDO KANDUANG : Penutup malu? Jadi kau menuduh Puti Bungsu telah berbuat yang tidak wajar bagi dirinya sendiri? Kotornya pikiranmu, Cindua Mato! Bagaimanapun sakit hatiku pada Rajo Mudo, tapi aku tak mau menduga-duga hal yang demikian buruknya.
CINDUO MATO : Mungkin juga Bundo Kanduang menyimpan sesuatu bersama Rajo Mudo.
BUNDO KANDUANG : Maksudmu hubungan kami berdua beradik kakak? Cindua Mato. Mungkin kecurigaanmu akan bertambah besar, jika tidak dijelaskan semuanya padamu. Baiklah. Kini kalian semua sudah dewasa dan sudah sepantasnya pula kau mengetahui segalanya. Sebelum itu, maukah kau berjanji?
CINDUO MATO : Janji apa, Bundo?
BUNDO KANDUANG : Setelah semuanya dijelaskan kau bersedia merebut Puti Bungsu.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang yang menentukan segalanya. Aku hanya menjalankan apa yang ditugaskan. Tapi sebelumnya aku ingin mengetahui semua rahasia.
BUNDO KANDUANG : Kupenuhi keinginanmu sembari kau memenuhi pula apa yang kuinginkan. Tunggulah di sini. Aku akan memanggilkan penulis sejarah kita.

Tiba-tiba Bundo Kanduang datang……………….
BUNDO KANDUANG : Enaknya kalian di sini! Tidak tahu malu! Arang telah dicorengkan di dahiku, tapi kau masih bernyanyi-nyanyi. Rajo Mudo akan mengawinkan anaknya dengan seorang lelaki yang tak jelas darimana asal-usulnya.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang. Semua orang tahu akan hal itu. tapi mengapa Bundo Kanduang terlalu cepat naik pitam. Bukankah yang salah sebenarnya Bundo Kanduang sendiri. Bundo Kanduang tidak memberi kabar, kapan akan dilaksanakan perkawinan Dang Tuanku dan Puti Bungsu. Setiap orang tentu saja takut kalau-kalau puterinya menjadi perawan tua. Tidak terkecuali Rajo Mudo.
BUNDO KANDUANG : Hmm! Sejak kapan Rajo Mudo belajar memungkiri janji denganku. Cinduo Mato. Kutugaskan kau pergi kesana mengacaukan perkawinan itu. bawa si Binuang sebagai hadiah dariku. Lahirnya kau utusan dari Pagaruyung, batinnya membawa Puti Bungsu ke sini.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang tentu mengetahui kekuatan Imbang Jaya beserta ayahnya Tiang Bungkuk. Raja yang belum ada tandingannya sampai saat ini.
BUNDO KANDUANG : Itulah sebabnya kau yang ditugaskan. Yang lain tidak akan sanggup melakukannya.
CINDUO MATO : Rajo Mudo adik Bundo Kanduang sendiri. Kalau terjadi pertengkaran lalu menimbulkan peperangan, siapa yang akan menjadi malu? Dan tentu perang saudara itu tidak akan pernah selesai turun temurun. Dan bagaimana nanti nasib rakyat yang selalu dilanda peperangan.
BUNDO KANDUANG : Aku sudah berada di balik itu semua. Jika kau takut katakan saja terus terang. Cindua Mato. Perang bukan suatu barang baru bagi kerajaan.
CINDUO MATO : Mengapa Bundo kanduang sampai hati ingin mengacaukan perkawinan Puti Bungsu. Bukankah yang kawin itu anak Bundo Kanduang juga.
BUNDO KANDUANG : Aku tahu. Tapi aku tidak suka bermenantu orang yang tidak jelas asal usulnya. Yang lebih menyakitkan lagi bagiku, adalah Rajo Mudo itu sendiri! Masihkah dia tak dapat melupakan dendamnya padaku di masa lalu.
CINDUO MATO : Jika perang dilaksanakan dan salah seorang mati terbunuh, apakah masing-masing tega melihat darah saudaranya terucur di tanah ini?
BUNDO KANDUANG : Kupejamkan mataku daripada menanggung malu!
CINDUO MATO : Dan bagaimana kata ayahnya nanti bila kedua anaknya saling berbunuhan? Bundo Kanduang. Aku ingin membuka sedikit selubung hati kita yang tertutup selama ini.
BUNDO KANDUANG : Jadi kau menyetujui perkawinan itu?
CINDUO MATO : Alasan perkawinan bisa macam-macam Bundo Kanduang. Mungkin sekali Imbang Jaya hanya dijadikan sebagai penutup malu.
BUNDO KANDUANG : Penutup malu? Jadi kau menuduh Puti Bungsu telah berbuat yang tidak wajar bagi dirinya sendiri? Kotornya pikiranmu, Cindua Mato! Bagaimanapun sakit hatiku pada Rajo Mudo, tapi aku tak mau menduga-duga hal yang demikian buruknya.
CINDUO MATO : Mungkin juga Bundo Kanduang menyimpan sesuatu bersama Rajo Mudo.
BUNDO KANDUANG : Maksudmu hubungan kami berdua beradik kakak? Cindua Mato. Mungkin kecurigaanmu akan bertambah besar, jika tidak dijelaskan semuanya padamu. Baiklah. Kini kalian semua sudah dewasa dan sudah sepantasnya pula kau mengetahui segalanya. Sebelum itu, maukah kau berjanji?
CINDUO MATO : Janji apa, Bundo?
BUNDO KANDUANG : Setelah semuanya dijelaskan kau bersedia merebut Puti Bungsu.
CINDUO MATO : Bundo Kanduang yang menentukan segalanya. Aku hanya menjalankan apa yang ditugaskan. Tapi sebelumnya aku ingin mengetahui semua rahasia.
BUNDO KANDUANG : Kupenuhi keinginanmu sembari kau memenuhi pula apa yang kuinginkan. Tunggulah di sini. Aku akan memanggilkan penulis sejarah kita.

Related Posts :

0 Response to "NASKAH DRAMA CINDUA MATO II"